Minggu, 18 Oktober 2015

PARADIGMA MANAJEMEN PERUBAHAN



Penulis dan praktisi seperti Gareth Morgan, Lee Bolman, Terrence Deal, and Marry Jo Hatch sejak lama telah mengatakan bahwa pandangan kita mengenai organisasi mempengaruhi cara berpikir kita tentang apa yang sedang terjadi, apa yang harus kita lakukan dan apa yang harus kita kerjakan kemudian. Paradigma-paradigma tersebut, kadang-kadang masuk ke dalam pikiran kita seperti metafora, rangkaian pikiran, atau sudut pandang, yang langsung kita percayai tanpa kita sadari bagaimana paradigma[1] tersebut mempengaruhi pemikiran, persepsi, dan tindakan kita.
Pandangan-pandangan tersebut masuk dan mempengaruhi mental, menunjukkan kepada kita arah untuk memahami hal-hal tertentu yang terjadi di sekitar kita. Sebagai contoh, jika kita berpikir tentang organisasi, seolah-olah organisasi tersebut adalah mesin, maka potensi kita akan lebih cenderung menyadari istilah "kerusakan," kita melihat aturan tersebut dengan cara mempertahankan mereka atau memperbaiki mereka. Namun, jika kita berpikir bahwa organisasi adalah sebuah arena politik, kita cenderung terus mencari agenda tersembunyi di balik keputusan dan mencoba untuk mengidentifikasi siapa yang menang dan siapa yang kalah, kita juga cenderung melihat peranan kita sebagai bangunan yang tersusun, mengumpulkan dukungan untuk kepentingan kita, atau bahkan merangsang konflik untuk menghasilkan hasil yang inovatif.
Disisi lain, kita dapat melihat organisasi sebagai masyarakat mini atau budaya. Dalam hal ini, kita cenderung terus mencari "cara hal-hal yang bisa dilakukan di sini" dan berpikir tentang bagaimana untuk mendorong nilai-nilai organisasi yang terbaik disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang kita lakukan. Menyiapkan visi dan makna tujuan organisasi kepada staf kita, sehingga secara emosional personal mereka menjadi erat loyalitasnya dengan organisasi dan inilah program target selanjutnya yang cenderung kita kejar. Masing-masing paradigma mengarahkan kita untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan caranya, seperti anak kecil dengan palu yang ada ditangannya yang melihat segala sesuatu di sekitar dia seolah-olah itu adalah paku,3 jika kita hanya mempunyai paradigma searah saja, maka ini akan menjauhkan kita dari berpikir secara global dan kreatif untuk mencari celah solusi alternatif mengenai permasalahan yang ada dalam organisasi.

Manajemen Sebagai Kontrol
Sudah menjadi hal yang dominan dalam sejarah teori manajemen, bahwa yang mendasari karakterisasi teori klasik dari manajemen Fayol4 adalah rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengkoordinasikan, dan mengendalikan. Teori tersebut adalah salah satu referensi yang selalu digunakan oleh para penulis buku-buku manajemen5 dan digunakan sebagai referensi hingga saat ini.6 Dalam ilmu manajemen gambaran hirarki dari sistem manajemen selalu terkait dengan istilah top-down,. Biasanya, organisasi diperlakukan seolah-olah seperti mekanisme sistem mesin: Terserah bagi manajer untuk mengemudikan mesin ke arah mana yang dia mau, para pekerja diberikan SOP (Standar Operasional Prosedur) aturan kerja, bekerja di bagian apa dan pada unit bisnis bagian mana mereka dipekerjakan sebagai sumber daya manusia (input) sehingga mesin pabrik dapat berfungsi dengan efisien dan menghasilkan produk atau jasa yang diperlukan di sektor mana pun (output).
Paradigma ini, baru muncul akhir-akhir ini saja, paradigma ini berpandangan bahwa manajemen adalah pembentukan karekter organisasi dan apa yang terjadi di dalamnya. Paradigma ini sering dikaitkan dengan gaya manajemen partisipatif, dimana para anggota didorong untuk terlibat dalam mengambil keputusan dan untuk membantu manajer mengidentifikasi masalah perusahaan sehingga segala sesuatu permasalahan dapat terselesaikan dengan baik: cara ini cenderung menjadi lebih dekat dengan tindakan, dan berasumsi bahwa para anggota cenderung memiliki pengetahuan lebih baik mengenai bagaimana hal-hal tertentu di perusahaan dapat ditingkatkan. Memanajemen orang adalah berkenaan dengan cara bagaimana membentuk kebiasaan orang-orang anggota organisasi yang akhirnya mendorong mereka untuk mengambil tindakan yang paling bermanfaat bagi organisasi. Paradigma anthropomorphizes organisasi yaitu, memperlakukan manusia seperti orang hidup, bernapas seperti organisme atau manusia.
Meskipun dimungkinkan untuk membentuk organisme atau manusia dengan berbagai cara, baik melalui penghargaan, melalui penanaman mindset nilai-nilai tertentu, dengan menyediakan beberapa jenis sumber daya atau informasi, atau dengan menyediakan beberapa jenis peluang daripada orang lain, perilaku akhir organisme atau manusia hanya dapat dibentuk, tapi tetap tidak bisa dikontrol. Cara pandang ini seluruhnya adalah membentuk manusia melalui tindakan sehingga kemampuan organisasi terus ditingkatkan. Kemampuan menyediakan persyaratan untuk operasional organisasi dengan membantu fungsi tugas anggota menjadi efektif, bahkan di saat ketidakpastian tinggi atau ambiguitas. Pandangan khas dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:
Kemampuan perusahaan tertanam dalam pabrik dari sebuah organisasi di perusahaan itu. Baik itu dalam praktek organisasinya, proses, sistem, struktur, budaya, nilai-nilai, pengetahuan dan teknologi. Yang paling penting adalah membentuk kembali kemampuan kerja seperti itu untuk operasional karyawan. Ketika seorang karyawan pergi meninggalkan sebuah organisasi dengan kemampuan personal yang dimilikinya, sementara manajer masih bertahan dalam organisasi. Kemampuan  perusahaan cenderung bertahan, meskipun terjadi pergantian individuals baru dan lama dalam perusahaan.7

Dalam pendekatan ini, manajemen yang baik menjadikan kemampuan perusahaan kuat dan menghasilkan outcome perusahaan yang baik yang siap merespon perubahan dan tantangan eksternal kedepan8.

 Manajemen Perubahan dari Sudut Pandang Ketercapaian Hasil
1.    Perubahan secara keseluruhan
Dalam konteks ini, asumsi yang dominan adalah bahwa hasil perubahan dimaksud dapat dicapai. Paradigma perencanaan atau hasil suatu perubahan organisasi yang diharapkan merupakan inti dari banyak literatur perubahan yang telah mendominasi praktek perubahan organisasi lebih dari 50 tahun.9 Perubahan dijadikan sebagai realisasi niat sebelum memulai aksi bagi seorang manajer. Chin dan Benne, mengidentifikasi secara luas tiga strategi untuk menghasilkan perubahan.10
a.       Strategi empiris-rasional, strategi ini beranggapan bahwa manusia adalah rasional dan mengikuti keinginan mereka sendiri. Perubahan yang efektif terjadi ketika perubahan tersebut terjadi sebagai perubahan yang diinginkan dan selaras dengan kepentingan kelompok yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut. Setelah ini dilakukan, maka perubahan yang diinginkan akan tercapai.ll
b.      Normatif-re-edukatif strategi ini berasumsi bahwa perubahan terjadi ketika orang sudah menua, orientasi yang ada lebih bersifat normatif dan mendapatkan komitmen yang baru.12 Menghasilkan perubahan yang dikehendaki dalam pendekatan ini melibatkan perubahan yang tidak hanya berasal dari pengetahuan dan informasi mereka tetapi juga dalam sikap dan nilai-nilai mereka.
c.       Strategi power-koersif mengandalkan pencapaian perubahan dengan kesengajaan dari orang-orang yang mempunyai kekuatan lebih besar yang mendapatkan kepatuhan dalam perilaku dari orang-orang dengan daya kekuatannya lebih rendah. Perubahan dapat dilakukan oleh otoritas yang sah pada otoritas yang kekuatannya lebih lemah.13
Secara umum, ketiga pendekatan diatas dapat digunakan untuk mencapai hasil akhir perubahan yang direncanakan, meskipun melalui strategi perubahan yang berbeda atau dengan menggunakan ketiga pendekatan tersebut secara bersama-sama dalam suatu organisasi.
2.    Perubahan Sebagian
Dalam paradigma ini, beberapa perubahan dapat dicapai. Kekuatan, proses, minat, dan tingkat keahlian yang berbeda dari para manajer mempengaruhi kemampuan mereka untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan. Sebagaimana catatan dari Mintzberg dan Waters14, hubungan antara apa yang dimaksud dan hasil akhir belum tentu dapat dirasakan secara langsung. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kedua konsekuensi tersebut, perubahan yang dimaksud dan perubahan yang tidak diinginkan mungkin muncul dari tindakan manajer. Hasil yang diharapkan dapat disesuaikan sepanjang jalan perubahan, atau secara eksternal dipaksakan terjadi dan dapat mengubah apa yang diinginkan. Untuk alasan tersebut, inisiatif perubahan secara keseluruhan tidak selalu mencapai hasil yang dinginkan.l5
3.    Perubahan yang tidak direncanakan
Dibandingkan dengan dua paradigma lainnya ditinjau dari ketercapaian perubahan yang diinginkan, paradigma ini hanya sedikit diperhatikan dalam kajian literatur manajemen perubahan meskipun, hal tersebut adalah mainstream yang umum untuk organisasi. Paradigma  ini menunjukkan bahwa manajer sering mengalami kesulitan besar dalam mencapai hasil perubahan yang diinginkan. Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor kememimpinan dalam mewujudkan hasil perubahan yang dimaksud. Kemampuan manajer bisa menjadi penghambat untuk mengimplementasikan perubahan yang direncanakan. Faktor tersebut dapat berasal dari internal atau eksternal organisasi.
a.       Secara internal dapat berkaitan dengan adanya konflik kepentingan atau masuk ke ranah kelompok inter unit politik, hambatan praktek masa lalu dan rutinitas yang sulit untuk ditinggalkan, atau adanya nilai-nilai yang mendalam dan persepsi yang bertentangan dengan perubahan yang diinginkan dan sulit untuk bergerak ke arah perubahan yang baru.
b.      Secara eksternal dapat berupa berbagai faktor seperti hubungan konfrontatif organisasi dengan lingkungan (yang menjadikan perubahan manajemen yang diinginkan terhambat), perubahan undang-undang yang mengamanatkan berbagai persyaratan sebuah organisasi untuk terus berfungsi (misalnya, memenuhi persyaratan perpajakan atau mengikuti prosedur pemerintah), atau bahkan paradigma baru yang meluas dampaknya pada semua organisasi yang beroperasi di bidang yang sama (misalnya, pengenaan sanksi, berjalannya oraganisasi, dll).
Kekuatan ini biasanya dipandang jauh lebih kuat daripada pengaruh yang dikerahkan oleh seorang manajer perubahan terhadap individu di dalam suatu organisasi. Dalam kondisi tersebut, para manajer yang merencanakan sebuah perubahan dalam organisasi, mendapatkan hambatan dari faktor-faktor eksternal yang lain. Dan kadang antara hasil dan perencanaan berbenturan, apapun bentuknya hal tersebut merupakan hasil dari perubahan yang direncanakan oleh seorang manajer perubahan.

Referensi :
Palmer, Ian, et all. 2009. Managing Organizational Change, “A Multiple Perspectives Approach”. Second Edition. New York : The McGraw-Hill Companies


Rofiq Faudy Akbar



[1] Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008.

Tidak ada komentar:

Mari Pelihara Negeri Ini

Sudah sekian puluh tahun negara kita memproklamirkan kemerdekaannya, sudah selama itu pula bangsa kita memulai kehidupan sebagai negara yang berdaulat membangun sebuah tata kehidupan yang gemah ripah loh jinawi. Sudah banyak kita rasakan dan kita lihat perubahan-perubahan pada negeri kita, pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana telah terlengkapi sedikit demi sedikit, akan tetapi sedikit demi sedikit pula kerusakan kita timbulkan akibat perubahan yang kita buat dengan tidak sama sekali memperhitungkan faktor keseimbangan ekosistem. Kerusakan-kerusakan yang kita timbulkan sedikit-demi sedikit akan terakumulasi dengan menimbulkan bencana yang besar bagi kehidupan umat manusia. Tengok sajalah mengenai permasalahan banjir yang tiap tahun kita alami di berbagai daerah, bukan saja kerugian material akan tetapi juga kerugian immaterial yang kita alami. Permasalahan banjir adalah bencana yang terjadi akibat komplektivitas kerusakan yang kita timbulkan mulai dari hulu DAS hingga hilir. Di daerah hulu pembukaan lahan yang sembrono, penebangan hutan besar-besaran dan mengganti hutan dengan perkebunan, atau menghilangkan tanaman yang memiliki perakaran kuat. Di daerah hillir menutup daerah-daerah yang berfungsi sebagai penyerapan air dengan bangunan-bangunan sehingga menghalangi infiltrasi air ke dalam tanah. Satu kerusakan saja yang kita timbulkan akan mengakibatkan keseimbangan lingkungan terganggu, sebagi misal illegal logging, dengan illegal logging akan berakibat terjadinya longsor lahan, pemanasan global, banjir dan intrusi air laut ke daratan, terganggunya ekosistem dan lain sebagainya. Melihat hal tersebut maka sebagai generasi bangsa mulai dari sekarang marilah kita rubah paradigma dan pola pikir masyarakat kita dari pola pikir yang semau gue kepada pola pikir yang penuh tanggung jawab.