Kamis, 16 April 2009

LEARNING BASE MULTIPLE INTELLIGENCE

Manusia dilahirkan dimuka bumi ini pada dasarnya telah dibekali dengan anggota tubuh yang pastinya memiliki manfaat atau kegunaan bagi kehidupannya. Meskipun kadang ada manusia dilahirkan dengan anggota tubuh yang kurang lengkap atau kurang sempurna, disisi lain memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki manusia dengan anggota tubuh yang lengkap. Sebagai contoh orang buta, memiliki memiliki pendengaran dan perasaan yang lebih tajam dibandingkan dengan manusia biasa.

Demikian halnya dengan kecerdasan, setiap manusia telah dibekali otak untuk berpikir dan berinspirasi untuk melakukan sesuatu hal yang ia inginkan. Setiap orang tentunya memiliki bakat, minat dan kemampuan yang berbeda berdasarkan tingkat kecerdasan masing-masing, dari sini timbul pertanyaan apakah hanya seseorang yang mampu mengusai ilmu matematika dan bahasa saja yang dikatakan cerdas, pandai atau pintar?

Dr. Howard Gardner, Profesor Pendidikan di Harvard University, selama bertahun-tahun telah melakukan penelitian tentang perkembangan kapasitas kognitif manusia. Dalam studinya tentang kapasitas manusia, Gardner mengembangkan kriteria untuk mengukur apakah bakat itu benar-benar suatu kecerdasan. Setiap kecerdasan semestinya memiliki ciri perkembangan, dapat diamati dalam populasi tertentu, misalnya pada anak yang sangat pandai (jenius) atau "pelajar yang idiot" dan memberikan beberapa bukti lokalisasi di otak dan mendukung sistem simbol atau sistem notasi. Dia telah mendobrak tradisi umum teori kecerdasan yang menganut dua asumsi dasar :

- Bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan

- Setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal

Kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan di mana ia dilahirkan. Merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Dalam bukunya Frames of Mind, tahun 1983 Gardner menampilkan Theory of Multiple Intelligence yang memperkuat perspektifnya tentang kognisi manusia. Gardner membagi kecerdasan manusia menjadi tujuh jenis kecerdasan yang berbeda-beda dan menggunakannya dengan cara-cara yang sangat per­sonal. Ketika kebanyakan orang memiliki spektrum kecerdasan yang penuh, setiap individu menunjukkan perbedaan ciri-ciri kognitif. Berikut ini deskripsi tujuh kecerdasan manusia menurut Gardner:

(1) Linguistic intelligence (kecerdasan linguistik) adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar berita, memiliki tingkat kecerdasan linguistik yang tinggi.

(2) Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika) merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis. Para ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer, semuanya menunjukkan kecerdasan logika-matematika yang kuat.

(3) Spatial intelligence (kecerdasan spasial) membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik.

(4) Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh) memungkinkan seseorang untuk menggerakkan objek dan ketrampilan-ketrampilan fisik yang halus. (jelas kelihatan pada diri atlet, penari, ahli bedah, dan seniman yang mempunyai ketrampilan teknik. Pada masyarakat Barat, ketrampilan-ketrampilan fisik tidak dihargai sebesar ketrampilan kognitif seseorang, tapi kemampuan ini hanya digunakan untuk bertahan hidup dan sebagai ciri penting pada peran-peran bergengsi.

(5) Musical intelligence (kecerdasan musik) jelas kelihatan pada seseorang yang memiliki sensitivitas pada pola titi nada, melodi, ritme, dan nada. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini antara lain: komposer, konduktor, musisi, kritikus dan pembuat alat musik begitupun pendengar yang sensitif.

(6) Interpersonal Intelligence (kecerdasan inter­personal) merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Hal ini terlihat pada guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses. Sebagaimana budaya barat mulai mengenalkan hubungan antara akal dan tubuh, maka hal ini perlu disadari kembali pentingnya nilai dari keahlian dalam perilaku interpersonal.

(7) Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Beberapa individu yang memiliki kecerdasan semacam ini adalah ahli ilmu agama, ahli psikologi, dan ahli filsafat.

Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan seharusnya tidak terbatas pada apa yang telah ia jelaskan. Namun dia meyakini bahwa tujuh kecerdasan di atas memberikan gambaran kapasitas manusia yang jauh lebih akurat daripada teori "kecerdasan tunggal" sebelumnya. Apa yang dikatakan Gardner mencerminkan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan tersendiri pada hal-hal yang berbeda satu sama lain dan setiap orang berhak mendapatkan penghargaan dengan apa yang dikaruniakan kepadanya. Kebalikan dengan deret kemampuan yang diukur oleh tes standar, teori Gardner memperluas image yang berarti bagi manusia. la juga menegaskan bahwa setiap kecerdasan mengandung beberapa sub-kecerdasan.

Aspek lainnya mengenai Multiple Intelligence adalah kecerdasan ini bisa dikonseptualisasikan ke dalam tiga kategori besar. Kecerdasan spasial, logika-matematika, dan kinestetik-tubuh dipandang sebagai bentuk-bentuk kecerdasan yang "berkaitan dengan objek". Kapasitas ini dikontrol dan dibentuk oleh objek-objek yang ada dalam kehidupan seseorang. Sebaliknya, kecerdasan "yang bebas dari objek" terdiri atas kecerdasan verbal-linguistik dan kecerdasan musik, yang tidak dibentuk oleh dunia fisik tapi tergantung pada sistem bahasa dan sistem musik. Kategori yang ketiga terdiri atas kecerdasan "yang berkaitan dengan manusia" yaitu kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal yang menunjukkan rangkaian perimbangan (counterbalance}yang kuat. Setiap kecerdasan tampak memiliki urutan perkembangan sendiri, tumbuh dan menjelma pada waktu yang berbeda dalam suatu kehidupan. Sebagaimana kecerdasan personal memerlukan interaksi yang ekstensif dan umpan balik (feedback) dari orang lain sebelum berkembang.

Gardner mempercayai bahwa karena setiap kecerdasan dapat digunakan untuk tujuan yang baik ataupun buruk, maka semua kecerdasan ini terlepas dari penghargaan (value-free}. Jelas sekali bahwa kreativitas dapat diekspresikan melalui semua kecerdasan. Namun Gardner menegaskan bahwa kebanyakan manusia itu kreatif, dalam domain yang spesifik. Misalnya, meskipun Einstein memiliki bakat di bidang matematika dan sains, namun dia tidak memiliki kecerdasan di bidang linguistik, kinestetik dan interpersonal yang seimbang.

Kebanyakan orang memiliki satu atau dua kecerdasan dalam dirinya, dan tidak semua orang akan menjadi artis, ilmuwan atau penulis besar. Jika individu memiliki peluang untuk belajar melalui kelebihannya, maka akan muncul perubahan-perubahan kognitif, emosional, sosial, bahkan perubahan fisik yang positif dan menakjubkan.

Pembatasan pada program pendidikan kita yang hanya berfokus pada kecerdasan linguistik dan matematis dalam porsi yang lebih besar, telah meminimalisir arti penting bentuk-bentuk pengetahuan lainnya. Dengan demikian, siswa yang gagal untuk menunjukkan kecerdasan "akademik tradisional", mendapat penghargaan yang rendah dan potensi mereka tetap tak terwujudkan, kemudian hilang di sekolah dan masyarakat pada umumnya. Sekolah-sekolah Menengah yang ada di negeri kita dewasa ini selalu mengikuti pengembangan pengetahuan yang dijadikan standar untuk masuk Perguruan Tinggi. Seandainya saja setiap Perguruan Tinggi yang ada, menerapkan tes yang spesifik berdasarkan ciri dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap fakultas tentulah akan mendorong perubahan pada pola pendidikan di Sekolah Menengah. Sebagai contoh : fakultas Psikologi dan Ilmu Agama lebih menerapkan tes yang berhubungan dengan kecerdasan Intrapersonal dan tidak hanya tes kemampuan standart, tentulah akan menghasilkan lulusan-lulusan yang lebih menguasai bidangnya. Tidak seperti yang kita lihat saat ini, banyak lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, disisi lain banyak lulusan yang tidak menguasai bidang yang ditempuhnya selama di Perguruan Tinggi.

Penelitian Gardner telah menguak rumpun kecerdasan manusia yang lebih luas daripada kepercayaan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis dan menyegarkan. Gardner tidak memandang "kecerdasan" manusia berdasarkan skor tes IQ standar semata, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut:

- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia

- Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.

- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan meimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Mari Pelihara Negeri Ini

Sudah sekian puluh tahun negara kita memproklamirkan kemerdekaannya, sudah selama itu pula bangsa kita memulai kehidupan sebagai negara yang berdaulat membangun sebuah tata kehidupan yang gemah ripah loh jinawi. Sudah banyak kita rasakan dan kita lihat perubahan-perubahan pada negeri kita, pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana telah terlengkapi sedikit demi sedikit, akan tetapi sedikit demi sedikit pula kerusakan kita timbulkan akibat perubahan yang kita buat dengan tidak sama sekali memperhitungkan faktor keseimbangan ekosistem. Kerusakan-kerusakan yang kita timbulkan sedikit-demi sedikit akan terakumulasi dengan menimbulkan bencana yang besar bagi kehidupan umat manusia. Tengok sajalah mengenai permasalahan banjir yang tiap tahun kita alami di berbagai daerah, bukan saja kerugian material akan tetapi juga kerugian immaterial yang kita alami. Permasalahan banjir adalah bencana yang terjadi akibat komplektivitas kerusakan yang kita timbulkan mulai dari hulu DAS hingga hilir. Di daerah hulu pembukaan lahan yang sembrono, penebangan hutan besar-besaran dan mengganti hutan dengan perkebunan, atau menghilangkan tanaman yang memiliki perakaran kuat. Di daerah hillir menutup daerah-daerah yang berfungsi sebagai penyerapan air dengan bangunan-bangunan sehingga menghalangi infiltrasi air ke dalam tanah. Satu kerusakan saja yang kita timbulkan akan mengakibatkan keseimbangan lingkungan terganggu, sebagi misal illegal logging, dengan illegal logging akan berakibat terjadinya longsor lahan, pemanasan global, banjir dan intrusi air laut ke daratan, terganggunya ekosistem dan lain sebagainya. Melihat hal tersebut maka sebagai generasi bangsa mulai dari sekarang marilah kita rubah paradigma dan pola pikir masyarakat kita dari pola pikir yang semau gue kepada pola pikir yang penuh tanggung jawab.