Senin, 31 Agustus 2009

50 Promising Indonesian Universities



Ada 2684 Institusi Pendidikan Tinggi di Indonesia, Berikut merupakan links website 50 Perguruan Tinggi Swasta yang mempunyai kredibilitas Nasional dan mempunyai keinginan untuk dapat bekerja sama secara International (Diurut secara alfabet).



- Ahmad Dahlan University : www.uad.ac.id
- Airlangga University : www.unair.ac.id
- Atma Jaya Catholic University Jakarta : www.atmajaya.ac.id
- Atma Jaya University Yogyakarta : www.uajy.ac.id
- Bandung Polytechnic for Manufacturing : www.polman-bandung.ac.id
- Bandung State Polytechnic : www.polban.ac.id
- Bina Nusantara University : www.binus.ac.id
- Bogor Agricultural University : www.ipb.ac.id
- Bunda Mulia University : www.bundamulia.ac.id
- Diponegoro University : www.undip.ac.id
- Gadjah Mada University : www.ugm.ac.id
- Indonesian Institute of the Arts, Jogja : www.isi.ac.id


- Indonesian Institute of the Arts , Denpasar : www.isi-dps.ac.id
- Indonesian Institute of the Arts , Surakarta : www.stsi-ska.ac.id
- Institut Teknologi Bandung : www.itb.ac.id
- Institute Teknologi Sepuluh November : www.its.ac.id
- Jakarta Institute of the Arts, The : www.ikj.ac.id
- Jember University : www.unej.ac.id
- Jenderal Soedirman University : www.unsoed.ac.id
- Maranatha Christian University : www.maranatha.edu
- Merdeka University – Malang : www.unmer.ac.id
- Muhammadiyah University of Malang : www.umm.ac.id
- Muhammadiyah University of Surakarta : www.ums.ac.id
- Padang State Polytechnic : www.polinpdg.ac.id
- Padang State University : www.unp.ac.id
- Padjadjaran University : www.unpad.ac.id
- Palangkaraya University : www.upr.ac.id
- Pancasila University : www.univpancasila.ac.id
- Parahyangan Catholic University : www.unpar.ac.id
- Pasundan University : www.unpar.ac.id
- Pelita Harapan University : www.uph.ac.id
- Sanata Dharma University : www.usd.ac.id
- Satya Wacana Christian University : www.uksw.edu
- Sebelas Maret University : www.uns.ac.id
- Soegijopranata Catholic University : www.unika.ac.id
- Sriwijaya University : www.unsri.ac.id
- State University of Malang : www.malang.ac.id
- State University of Medan : www.unimed.ac.id
- Supra School of Bussiness and Computer : www.supra.ac.id
- Tadulako University : www.untad.ac.id
- Telkom School of Engineering : www.stttelkom.ac.id
- Udayana University : www.unud.ac.id
- University of 17 Agustus 1945, The : www.untag-sb.ac.id
- University of Bengkulu : www.unib.ac.id
- University of Indonesia : www.ui.ac.id
- University of Mataram : www.unram.ac.id
- University of Surabaya : www.ubaya.ac.id
- Widyagama University of Malang : www.widyagama.ac.id
- Windya Mandala Catholic University Surabaya : www.wima.ac.id
- Yogyakarta State University : www.uny.ac.id


sumber : http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=140&Itemid=61

Kamis, 16 April 2009

LEARNING BASE MULTIPLE INTELLIGENCE

Manusia dilahirkan dimuka bumi ini pada dasarnya telah dibekali dengan anggota tubuh yang pastinya memiliki manfaat atau kegunaan bagi kehidupannya. Meskipun kadang ada manusia dilahirkan dengan anggota tubuh yang kurang lengkap atau kurang sempurna, disisi lain memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki manusia dengan anggota tubuh yang lengkap. Sebagai contoh orang buta, memiliki memiliki pendengaran dan perasaan yang lebih tajam dibandingkan dengan manusia biasa.

Demikian halnya dengan kecerdasan, setiap manusia telah dibekali otak untuk berpikir dan berinspirasi untuk melakukan sesuatu hal yang ia inginkan. Setiap orang tentunya memiliki bakat, minat dan kemampuan yang berbeda berdasarkan tingkat kecerdasan masing-masing, dari sini timbul pertanyaan apakah hanya seseorang yang mampu mengusai ilmu matematika dan bahasa saja yang dikatakan cerdas, pandai atau pintar?

Dr. Howard Gardner, Profesor Pendidikan di Harvard University, selama bertahun-tahun telah melakukan penelitian tentang perkembangan kapasitas kognitif manusia. Dalam studinya tentang kapasitas manusia, Gardner mengembangkan kriteria untuk mengukur apakah bakat itu benar-benar suatu kecerdasan. Setiap kecerdasan semestinya memiliki ciri perkembangan, dapat diamati dalam populasi tertentu, misalnya pada anak yang sangat pandai (jenius) atau "pelajar yang idiot" dan memberikan beberapa bukti lokalisasi di otak dan mendukung sistem simbol atau sistem notasi. Dia telah mendobrak tradisi umum teori kecerdasan yang menganut dua asumsi dasar :

- Bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan

- Setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal

Kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan di mana ia dilahirkan. Merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Dalam bukunya Frames of Mind, tahun 1983 Gardner menampilkan Theory of Multiple Intelligence yang memperkuat perspektifnya tentang kognisi manusia. Gardner membagi kecerdasan manusia menjadi tujuh jenis kecerdasan yang berbeda-beda dan menggunakannya dengan cara-cara yang sangat per­sonal. Ketika kebanyakan orang memiliki spektrum kecerdasan yang penuh, setiap individu menunjukkan perbedaan ciri-ciri kognitif. Berikut ini deskripsi tujuh kecerdasan manusia menurut Gardner:

(1) Linguistic intelligence (kecerdasan linguistik) adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar berita, memiliki tingkat kecerdasan linguistik yang tinggi.

(2) Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika) merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis. Para ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer, semuanya menunjukkan kecerdasan logika-matematika yang kuat.

(3) Spatial intelligence (kecerdasan spasial) membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik.

(4) Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh) memungkinkan seseorang untuk menggerakkan objek dan ketrampilan-ketrampilan fisik yang halus. (jelas kelihatan pada diri atlet, penari, ahli bedah, dan seniman yang mempunyai ketrampilan teknik. Pada masyarakat Barat, ketrampilan-ketrampilan fisik tidak dihargai sebesar ketrampilan kognitif seseorang, tapi kemampuan ini hanya digunakan untuk bertahan hidup dan sebagai ciri penting pada peran-peran bergengsi.

(5) Musical intelligence (kecerdasan musik) jelas kelihatan pada seseorang yang memiliki sensitivitas pada pola titi nada, melodi, ritme, dan nada. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini antara lain: komposer, konduktor, musisi, kritikus dan pembuat alat musik begitupun pendengar yang sensitif.

(6) Interpersonal Intelligence (kecerdasan inter­personal) merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Hal ini terlihat pada guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses. Sebagaimana budaya barat mulai mengenalkan hubungan antara akal dan tubuh, maka hal ini perlu disadari kembali pentingnya nilai dari keahlian dalam perilaku interpersonal.

(7) Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Beberapa individu yang memiliki kecerdasan semacam ini adalah ahli ilmu agama, ahli psikologi, dan ahli filsafat.

Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan seharusnya tidak terbatas pada apa yang telah ia jelaskan. Namun dia meyakini bahwa tujuh kecerdasan di atas memberikan gambaran kapasitas manusia yang jauh lebih akurat daripada teori "kecerdasan tunggal" sebelumnya. Apa yang dikatakan Gardner mencerminkan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan tersendiri pada hal-hal yang berbeda satu sama lain dan setiap orang berhak mendapatkan penghargaan dengan apa yang dikaruniakan kepadanya. Kebalikan dengan deret kemampuan yang diukur oleh tes standar, teori Gardner memperluas image yang berarti bagi manusia. la juga menegaskan bahwa setiap kecerdasan mengandung beberapa sub-kecerdasan.

Aspek lainnya mengenai Multiple Intelligence adalah kecerdasan ini bisa dikonseptualisasikan ke dalam tiga kategori besar. Kecerdasan spasial, logika-matematika, dan kinestetik-tubuh dipandang sebagai bentuk-bentuk kecerdasan yang "berkaitan dengan objek". Kapasitas ini dikontrol dan dibentuk oleh objek-objek yang ada dalam kehidupan seseorang. Sebaliknya, kecerdasan "yang bebas dari objek" terdiri atas kecerdasan verbal-linguistik dan kecerdasan musik, yang tidak dibentuk oleh dunia fisik tapi tergantung pada sistem bahasa dan sistem musik. Kategori yang ketiga terdiri atas kecerdasan "yang berkaitan dengan manusia" yaitu kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal yang menunjukkan rangkaian perimbangan (counterbalance}yang kuat. Setiap kecerdasan tampak memiliki urutan perkembangan sendiri, tumbuh dan menjelma pada waktu yang berbeda dalam suatu kehidupan. Sebagaimana kecerdasan personal memerlukan interaksi yang ekstensif dan umpan balik (feedback) dari orang lain sebelum berkembang.

Gardner mempercayai bahwa karena setiap kecerdasan dapat digunakan untuk tujuan yang baik ataupun buruk, maka semua kecerdasan ini terlepas dari penghargaan (value-free}. Jelas sekali bahwa kreativitas dapat diekspresikan melalui semua kecerdasan. Namun Gardner menegaskan bahwa kebanyakan manusia itu kreatif, dalam domain yang spesifik. Misalnya, meskipun Einstein memiliki bakat di bidang matematika dan sains, namun dia tidak memiliki kecerdasan di bidang linguistik, kinestetik dan interpersonal yang seimbang.

Kebanyakan orang memiliki satu atau dua kecerdasan dalam dirinya, dan tidak semua orang akan menjadi artis, ilmuwan atau penulis besar. Jika individu memiliki peluang untuk belajar melalui kelebihannya, maka akan muncul perubahan-perubahan kognitif, emosional, sosial, bahkan perubahan fisik yang positif dan menakjubkan.

Pembatasan pada program pendidikan kita yang hanya berfokus pada kecerdasan linguistik dan matematis dalam porsi yang lebih besar, telah meminimalisir arti penting bentuk-bentuk pengetahuan lainnya. Dengan demikian, siswa yang gagal untuk menunjukkan kecerdasan "akademik tradisional", mendapat penghargaan yang rendah dan potensi mereka tetap tak terwujudkan, kemudian hilang di sekolah dan masyarakat pada umumnya. Sekolah-sekolah Menengah yang ada di negeri kita dewasa ini selalu mengikuti pengembangan pengetahuan yang dijadikan standar untuk masuk Perguruan Tinggi. Seandainya saja setiap Perguruan Tinggi yang ada, menerapkan tes yang spesifik berdasarkan ciri dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap fakultas tentulah akan mendorong perubahan pada pola pendidikan di Sekolah Menengah. Sebagai contoh : fakultas Psikologi dan Ilmu Agama lebih menerapkan tes yang berhubungan dengan kecerdasan Intrapersonal dan tidak hanya tes kemampuan standart, tentulah akan menghasilkan lulusan-lulusan yang lebih menguasai bidangnya. Tidak seperti yang kita lihat saat ini, banyak lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, disisi lain banyak lulusan yang tidak menguasai bidang yang ditempuhnya selama di Perguruan Tinggi.

Penelitian Gardner telah menguak rumpun kecerdasan manusia yang lebih luas daripada kepercayaan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis dan menyegarkan. Gardner tidak memandang "kecerdasan" manusia berdasarkan skor tes IQ standar semata, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut:

- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia

- Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.

- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan meimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Selasa, 13 Januari 2009

TYPES OF AQUIFERS

Most aquifers are of large areal extent and may be visualized as underground storage reservoirs. Water enters a reservoir from nat­ural or artificial recharge; it flows out under the action of gravity or is extracted by wells. Ordinarily, the annual volume of water re­moved or replaced represents only a small fraction of the total stor­age capacity. Aquifers may be classed as unconfined or confined, depending on the presence or absence of a water table, while a leaky aquifer represents a combination of the two types.

Unconfined Aquifer. An unconfined aquifer is one in which a water table varies in undulating form and in slope, depending on areas of recharge and discharge, pumpage from wells, and perme­ability. Rises and falls in the water table correspond to changes in the volume of water in storage within an aquifer. Contour maps, and profiles of the water table can be prepared from elevations of water in wells that tap the aquifer to determine the quantities of water available and their distribution and movement.

A special case of an unconfined aquifer involves perched water bodies, as illustrated in the picture above. This occurs wherever a ground-water body is separated from the main groundwater by a relatively impermeable stratum of small areal extent and by the zone of aera­tion above the main body of groundwater. Clay lenses in sedimen­tary deposits often have shallow perched water bodies overlying them. Wells tapping these sources yield only temporary or small quantities of water.

Confined Aquifers. Confined aquifers, also known as artesian or pressure aquifers, occur where groundwater is confined under pressure greater than atmospheric by overlying relatively impermeable strata. In a well penetrating such an aquifer, the water level will rise above the bottom of the confining bed, as shown by the artesian and flowing wells. Water enters a confined aquifer in an area where the confining bed rises to the surface; where confining bed ends underground, the aquifer becomes unconfined. A region supplying water to a confined aquifer is known as a recharge area; water may also enter by leakage through a confining bed (see below). Rises and falls of water in wells penetrating confined aquifers result primarily from changes in pressure rather than changes in storage volumes. Hence, confined aquifers display only small changes in storage and serve primarily as conduits for conveying water from recharge areas to locations of natural or arti­ficial discharge.

The piezometric surface, or potentiometric surface, of a confined aquifer is an imaginary surface coinciding with the hydrostatic pressure level of the water in the aquifer. The water level in a well penetrating a confined aquifer defines the elevation of the piezometric surface at that point. Should the piezometric surface lie above ground surface, a flowing well results. Contour maps and pro­files of the piezometric surface can be prepared from well data sim­ilar to those for the water table in an unconfined aquifer. It should be noted that a confined aquifer becomes an unconfined aquifer when the piezometric surface falls below the bottom of the upper confining bed. Also, quite commonly an unconfined aquifer exists above a confined one.

Leaky Aquifer. Aquifers that are completely confined or uncon­fined occur less frequently than do leaky, or semiconfined, aquifers. These are a common feature in alluvial valleys, plains, or former lake basins where a permeable stratum is overlain or underlain by a semipervious aquitard, or semiconfining layer. Pumping from a well in a leaky aquifer removes water in two ways: by horizontal flow within the aquifer and by vertical flow through the aquitard into the aquifer.

(Reference : Todd, Ground Water Hidrology)

Mari Pelihara Negeri Ini

Sudah sekian puluh tahun negara kita memproklamirkan kemerdekaannya, sudah selama itu pula bangsa kita memulai kehidupan sebagai negara yang berdaulat membangun sebuah tata kehidupan yang gemah ripah loh jinawi. Sudah banyak kita rasakan dan kita lihat perubahan-perubahan pada negeri kita, pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana telah terlengkapi sedikit demi sedikit, akan tetapi sedikit demi sedikit pula kerusakan kita timbulkan akibat perubahan yang kita buat dengan tidak sama sekali memperhitungkan faktor keseimbangan ekosistem. Kerusakan-kerusakan yang kita timbulkan sedikit-demi sedikit akan terakumulasi dengan menimbulkan bencana yang besar bagi kehidupan umat manusia. Tengok sajalah mengenai permasalahan banjir yang tiap tahun kita alami di berbagai daerah, bukan saja kerugian material akan tetapi juga kerugian immaterial yang kita alami. Permasalahan banjir adalah bencana yang terjadi akibat komplektivitas kerusakan yang kita timbulkan mulai dari hulu DAS hingga hilir. Di daerah hulu pembukaan lahan yang sembrono, penebangan hutan besar-besaran dan mengganti hutan dengan perkebunan, atau menghilangkan tanaman yang memiliki perakaran kuat. Di daerah hillir menutup daerah-daerah yang berfungsi sebagai penyerapan air dengan bangunan-bangunan sehingga menghalangi infiltrasi air ke dalam tanah. Satu kerusakan saja yang kita timbulkan akan mengakibatkan keseimbangan lingkungan terganggu, sebagi misal illegal logging, dengan illegal logging akan berakibat terjadinya longsor lahan, pemanasan global, banjir dan intrusi air laut ke daratan, terganggunya ekosistem dan lain sebagainya. Melihat hal tersebut maka sebagai generasi bangsa mulai dari sekarang marilah kita rubah paradigma dan pola pikir masyarakat kita dari pola pikir yang semau gue kepada pola pikir yang penuh tanggung jawab.