Rabu, 29 Oktober 2008
Penelitian Banjir dengan Citra Satelit
Penginderaan Jauh mempunyai keunggulan dibanding dengan survai terrestrial secara langsung. Dari penginderaan jauh dapat dihemat baik biaya, tenaga maupun waktu karena beberapa parameter dari data dapat disadap secara langsung dari citra. Dari penginderaan jauh didapat pula kemudahan pengambilan sampel di lapangan untuk data-data yang belum dapat disadap oleh citra, yaitu dengan cara melihat gambaran wilayah secara umum daerah cakupan citra dan membuat zona-zona tertentu yang mempunyai karakteristik yang sama. Teknologi penginderaan jauh mempunyai peranan yang penting dalam hal ini. Pada dasarnya, teknologi berbasis satelit ini menyajikan informasi awal kondisi wilayah. Keunggulan utamanya adalah menyajikan informasi aktual dan akurat tanpa adanya kontak langsung dengan obyek. Data satelit punya keunggulan dibandingkan peta atau foto udara, karena bisa menyajikan informasi tentang karakteristik spektral obyek di permukaan bumi yang tidak dapat ditangkap oleh mata telanjang.
Sensor satelit multispektral dapat memilah pantulan gelombang elektromagnetik yang datang dari permukaan bumi. Dengan demikian obyek yang menurut mata telanjang serupa, akan tampak sangat berbeda pada citra satelit. Teknologi pemindai (scanner) penginderaan jauh saat ini mampu menghasilkan lapisan spektrum (spektral layers) yang disebut sistem hiper spektral. Setiap layer mempunyai bit-coding antara 8 hingga 16 bit (atau bahkan lebih, seiring perkembangan teknologi saat ini). Sebagai perbandingan scanner meja saat ini yang hanya dapat menghasilkan sekitar 4 sektral layers sehingga total bit-coding yang dimiliki hanya sekitar 36-42 bit. Seluruh lapisan spektrum (spektral layers) dapat dikombinasikan untuk menghasilkan bermacam citra baru, misalnya informasi daerah yang selalu lembab karena genangan, daerah erosi intensif, daerah yang berada pada jalur sesar/patahan sehingga rawan gempa, kemudian disajikan dalam bentuk peta (Danoedoro, dalam Kompas, 2002). Keunggulan lain dari citra penginderaan jauh adalah luas cakupan daerah liputan jika dibandingkan dengan foto udara. Disamping itu citra penginderaan jauh juga mempunyai resolusi temporal, yaitu periode perekaman ulang pada daerah yang sama. Jadi pada daerah yang sama terjadi secara otomatis akan terekam pada waktu yang berbeda, secara periodik. Hal ini akan sangat berguna untuk monitoring suatu daerah yang akan diteliti.
Pada foto udara sebenarnya juga dapat dilakukan pemotretan ulang secara periodik, pada daerah tertentu akan tetapi ini akan memakan biaya yang sangat mahal. Dengan perhitungan efisiensi, resolusi temporal dan luas cakupan citra penginderaan jauh yang cukup luas, menjadi sangat cocok untuk inventarisasi dan monitoring bencana banjir yang terjadi di Indonesia, ditambah tidak semua wilayah Indonesia terliput foto udara. Dalam penelitian ini akan mengacu pada beberapa informasi yang dapat disadap oleh citra yang merupakan parameter-parameter banjir. Parameter-parameter yang dapat digunakan untuk menentukan daerah rawan banjir adalah kondisi fisik lahan suatu daerah yang terdiri dari bentuklahan, kemiringan lereng, penutup lahan dan kelembaban tanah. Data lain yang membantu pelaksanaan adalah data curah hujan dan cek lapangan yang berguna untuk menguji dan meyakinkan kebenaran hasil interpretasi dari citra. Parameter penutup lahan dapat diperoleh dari citra dengan cara interpretasi dan deliniasi baik dengan secara manual maupun digital. Untuk mendapatkan parameter kelembaban tanah dapat didefinisikasi secara langsung melalui citra Landsat yaitu dengan menggunakan kombinasi tiap-tiap saluran, saluran 1 sampai saluran 5 dan saluran 7. Saluran 6 tidak dipakai karena saluran ini merupakan saluran inframerah termal dan mempunyai resolusi spasial yang berbeda sendiri dibanding saluran 1-5dan 7, yaitu 120 m.
PEMROSESAN DATA
Pemrosesan data digital citra Landsat TM meliputi perbaikan citra baik yang diakibatkan oleh sensor citra berupa kesalahan yang diakibatkan oleh gangguan atmosfer maupun kesalahan yang diakibatkan oleh kelengkungan bumi. Pemrosesan citra ini dilakukan dengan komputer yaitu meliputi koreksi radiometrik dan geometrik.
Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometrik adalah koreksi pada citra dan kesalahan pada sensor yang diakibatkan oleh gangguan atmosfer. Gangguan ini mengakibatkan perubahan pada nilai piksel, karena akibat hamburan dan serapan radiasi gelombang elektromagnetik oleh atmosfer. Metode yang digunakan dalam koreksi radiometrik adalah penyesuaian histogram. Prinsip dasar dari metode ini adalah melihat nilai minimum dari masing-masing histogram yang dianggap sebagai nilai bias. Nilai yang telah terkoreksi adalah nilai asli dikurangi dengan nilai bias minimum.
Koreksi Geometrik
Ada dua cara untuk melakukan koreksi geometri yang pertama adalah rektifikasi geometri. Rektifikasi geometri adalah mengubah aspek geometri pada citra dengan cara merujuk pada proyeksi peta yang baku, sehingga koordinat pada citra menjadi sama dengan koordinat pada peta yang digunakan sebagai data acuan. Proses yang digunakan dalam koreksi geometri dengan cara rektifikasi geometri adalah dengan transformasi koordinat dan resampling. Metode yang digunakan adalah dengan metode GCP (ground control point), yaitu membandingkan titik-titik kontrol pada citra dan titik-titik kontrol pada peta. Pengambilan titik kontrol harus mewakili dan merata pada seluruh citra. untuk memudahkan dalam pengambilan titik kontrol, obyek yang dipilih sebagai titik kontrol adalah obyek yang mudah dikenali pada citra, seperti posisi jalan, sungai dan kenampakan obyek yang khas. Cara yang kedua adalah dengan registrasi citra yaitu dengan mendaftarkan koordinat citra yang belum terkoreksi dengan koordinat citra yang sudah terkoreksi yang mempunyai daerah yang sama, atau (map to map transformation).
Komposit Citra
Komposit citra adalah menggabungkan tiga saluran pada citra Landsat TM dengan tujuan untuk mempermudah dan memperjelas kenampakan suatu obyek dalam identifikasi pada citra. Komposit yang digunakan dalam hal ini adalah 543, sesuai dengan kegunaannya yaitu untuk klasifikasi penggunaan lahan. Komposit 543 adalah menempatkan warna merah pada saluran 5, warna hijau pada saluran 4 dan warna biru pada saluran 3. Ini berarti jika pantulan vegetasi pada citra Landsat TM paling tinggi pada saluran 4 (inframerah) maka pada komposit 543 vegetasi akan berwarna hijau atau gradasi dari hijau.
Pemotongan Citra
Sebelum citra diolah untuk mendapatkan parameter-parameter banjir, seperti penggunaan lahan, bentuklahan dan kelembaban tanah, maka terlebih, dahulu dilakukan pemotongan sesuai dengan daerah penelitian. Hal ini dikarenakan luas cakupan citra yang cukup besar, dengan pemotongan citra yang sesuai dengan luas cakupan daerah penelitian diharapkan dapat mempermudah pengolahan citra selanjutnya.
ANALISIS DATA
Dari data citra Landsat TM dapat disadap beberapa parameter tentang kerawanan terhadap bahaya banjir, seperti kemiringan lereng, penggunaan lahan, bentuklahan dan kelembaban tanah.
Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng diperoleh dari model tiga dimensi daerah penelitian. Secara lebih sederhana kemiringan lereng merupakan penurunan dari model tiga dimensi. Model tiga dimensi diperoleh dari analisis peta kontur, yaitu merubah garis kontur menjadi data Digital Elevation Model (DEM). Dari model tiga dimensi ini juga dapat diturunkan informasi kemiringan lereng, dan dengan digabungkan dengan informasi pada citra dapat juga diperoleh bentuklahan daerah penelitian.
Bentuklahan
Bentuklahan merupakan bagian dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk khas sebagai akibat dari proses dan struktur batuan selama periode tertentu. Oleh karena itu keberadaannya ditentukan oleh faktor : topografi, struktur/batuan dan proses eksogenetik, sehingga termasuk bentukan hasil proses destruktif. Untuk membuat klasifikasi bentuklahan ada tiga kriteria yang digunakan sebagai pedoman yaitu :
1. Kriteria Bentuk atau Relief
Kriteria ini mendasarkan klasiflkasi bentuklahan berdasarkan bentuk atau relief dari permukaan bumi yang dapat dilihat pada citra berdasarkan pada bayangannya.
2. Kriteria Density, kriteria ini didasarkan pada tingkat rona pada citra pada saluran tertentu dan warna pada citra komposit, karena setiap obyek akan mempunyai karakteristik tertentu dengan warna yang berbeda-beda.
3. Kriteria Lokasi
Bentuklahan tertentu akan terbentuk pada lokasi tertentu pula. Jadi setiap lokasi pada suatu daerah mempunyai karakteristik terhadap bentuklahannya. Untuk memperoleh bentuk lahan daerah penelitian tidak cukup dengan melihat pada citra dari model tiga dimensi akan tetapi juga menggunakan data yang diperoleh dari peta geologi mengenai struktur batuan daerah penelitian. Sedangkan batasan antar tipe bentuklahan dapat dilihat pada citra dengan menggunakan tiga kriteria diatas dengan koreksi peta geologi melalui tumpang tindih atau overlay.
Penggunaan Lahan
Untuk mempermudah dalam klasifikasi penggunaan lahan terutama dalam membedakan vegetasi dan non-vegetasi maka digunakan komposit citra dalam hal ini komposit yang diambil 543. Kedetailan penggunaan lahan tergantung pada besar kecilnya skala yang digunakan. Dari komposit 543 penggunaan lahan daerah penelitian dapat diketahui bahwa tubuh air akan terekam dengan warna biru, permukiman dengan wama merah dan vegetasi dengan warna hijau. Berdasarkan warna dari citra akan mempermudah dalam klasifikasi penggunaan lahan.
Kelembaban Tanah
Kelembaban tanah permukaan adalah air yang mengisi pori-pori horizon tanah atau lapisan tanah bagian atas. Setiap permukaan tanah mempunyai kelembaban tanah yang berbeda-beda dan mempunyai karakteristik nilai pantulan pada sensor yang berbeda-beda pula. Dengan hubungan bahwa suatu tanah yang mempunyai kelembaban yang tinggi mengasumsikan bahwa tanah tersebut sering tergenang air, sehingga dari sini didapat hubungan bahwa semakin tinggi kelembaban tanah maka semakin sering tanah tersebut tergenang dan mempunyai kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Demikian pula sebaliknya jika kelembaban tanah semakin rendah maka semakin jarang pula daerah tersebut tergenang air dan kerawanan banjir juga semakin rendah. Kelembaban tanah diperoleh dengan pendekatan indeks kebasahan (wetness), dengan asumsi bahwa nilai kebasahan adalah yang paling mendekati kelembaban tanah. Nilai kebasahan ini selanjutnya digunakan sebagai nilai kelembaban tanah. Untuk mengetahui kebasahan tanah pada suatu tempat dengan menggunakan citra Landsat TM dapat menggunakan formula yang merupakan pengkalian, penambahan dan pengurangan pada saluran 1, saluran 2, saluran 3, saluran 4, saluran 5 dan saluran 7.
Formula matematis untuk mencari kebasahan tanah atau wetness:
= (TM1*0.1509) + (TM2*0.1973) + (TM3*0.3279) + (TM4*0.3406) +
(TM5*-0.7112) + (TM7*-0.4572)
Keterangan:
TM 1 = Landsat TM Saluran 1, TM 2 = Landsat TM Saluran 2, dst
Perekaman citra yang dilakukan pada musim kemarau dapat menambah keakuratan keterkaitan antara kelembaban tanah dengan kerawanan banjir, karena kelembaban tanahnya bukan terjadi karena hujan sesaat, akan tetapi merupakan kelembaban tanah aktual.
BASIS DATA KERENTANAN BANJIR
Penyajian basis data ini berupa tabel hubungan antara penggunaan lahan, kelembaban tanah, kemiringan lereng dan bentuklahan dengan tingkat kerentanan banjir. Penyajian basis data dibuat berdasarkan pada kenampakan setiap obyek pada citra Landsat TM yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda pada setiap parameternya. Dari sini dapat ditentukan skor pada masing-masing parameter. Perbedaan skoring disebabkan karena setiap parameter mempunyai potensi atau pengaruh yang berbeda terhadap kejadian banjir, sehingga tingkat kerawanan banjirnyapun berbeda pula. Penentuan skor pada masing-masing kelas mempunyai interval 2,5 dengan nilai bulat 10 dan nilai tekecil 2,5, adapun jika parameter tersebut mempunyai perbedaan yang mencolok seperti bentuklahan maka pemberian skornya mempunyai perbedaan yang besar berdasarkan pada perbedaan kelas dari parameter tesebut.
PETA KERENTANAN BANJIR
Peta kerentanan banjir dihasilkan dari basis data kerawanan banjir, yaitu merupakan tumpang susun dari peta penggunaan lahan, kemiringan lereng, bentuklahan, dan kelembaban tanah. Adapun formula yang digunakan untuk mendapatkan peta kerentanan banjir adalah :
KB = (B1*4) + (KL*3) + (KT*1,5) + (PL*1,5)
KB = Kerentanan Banjir
Bl = Bentuklahan
KL = Kemiringan Lereng
KT = Kelembaban Tanah
PL = Penggunaan Lahan
Angka-angka sebagai faktor pekali atau bobot
UJI KETELITIAN
Uji ketelitian dimaksudkan untuk mencocokkan atau menguji kebenaran hasil interpretasi dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Dalam hal ini uji ketelitian mencakup beberapa kegiatan yaitu : 1. Memilih titik-titik pada peta yang akan digunakan untuk uji ketelitian, metode yang digunakan adalah purposive sampling dan stratified sampling. 2. Mencocokkan parameter hasil analisis penginderaan jauh dengan parameter yang ada di lapangan. 3. Wawancara dengan penduduk setempat untuk memperoleh keterangan mengenai banjir, meliputi:
- Peristiwa banjir (tahun terjadinya banjir)
- Karakteristk banjir (periode ulang, lama genangan dan kedalaman genangan)
Rofiqfa 2005
Selasa, 16 September 2008
Asuhan Kebidanan Neonatus Umur 1 Bulan
Pelayanan kesehatan neonatal harus di mulai sebelum bayi di lahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi ibu hamil perlu di prioritaskan seperti ; gizi yang rendah, anemia, dekatnya jarak antara kehamilan. Di samping itu perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan prenatal yang memadai dan penanggulangan faktor-faktor yang menyebabakan kematian perinatal yang meliputi; perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi.
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang kritis, pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi terutama pada bayi berat lahir rendah. Pemberian ASI dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau keehatan bayi dan anak.
Neonatus pada minggu pertama sangat dipengaryhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan melahirkan. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah dilahirkan dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat.
PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG BAYI
1. PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan
Adalah suatu proses perubahan fisik (anatomis) yang ditandai dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh yang disebabkan adanya penambahan perbesaran sel-sel tubuh.
Perkembangan
Adalah suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai bertambahnya kemampuan/ketrampilan yang menyangkut struktur tubuh yang berkaitan dengan aspek non fisik.
Jadi yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan adalah; suatu proses pertumbuhan fisik yang ditandai bertambahnya ukuran organ tubuh karena pertumbuhan sel dan suatu proses aspek non fisik menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai dengan bertambahnya kemampuan/ketrampilan yang menyangkut struktur dan fungsi tubuh.
2. TUJUAN
Tujuan mempelajari pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah:
1. Untuk mengetahui tumbuh kembang bayi yang normal.
2. Untuk mengetahui adanya kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi sedini mungkin.
3. Untuk mengarahkan agar pertumbuhan dan perkembanagn bayi langsung selaras sesuai dengan usianya.
3. TAHAP/FASE TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Fase neonatus : Sejak lahir sampai umur 4 minggu
2. Fase bayi : 4 minggu sampai dengan 1 tahun
3. Fase prasekolah/balita : 1 sampai dengan 5 tahun
4. Fase anak sekolah : 6 sampai dengan 12 tahun
5. Fase remaja : 12 sampai dengan 18 atau 21 tahun(belum
menikah)
4. PENGAWASAN MASA BAYI
Pada masa ini bayi dilengkapi dengan beberapa kemampuan yaitu intrinsik dan reflek.
a. Intrinsik
Yaitu kemampuan yang telah ada sejak lahir melalui rangsangan-rangsangan dengan cara yang khas.
Contoh: bayi akan tersenyum bilas dia diajak berbicara ibunya walaupun ia belum mengerti kata-kata yang diucapkan ibunya.
b. Reflek
Yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa disadari pada bayi normal.
1. Tonik neek reflek
Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan scara spontan memiringkan kepalanya.
2. Rooting reflek
Bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah datangnya jari.
3. Grasping reflek
Bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.
4. Moro reflek
Reflek yang timbul diluar kemauan/kesadaran bayi.
Contoh : bila bayi diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakuakn gerakan yang mengangkat tubuhnay pada orang yang mendekapnya.
5. Startle reflek
Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangis.
6. Stapping reflek
Reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah –olah berjalan.
5. PERTUMBUHAN BB/TB/LK
Pertumbuhan Berat Badan selama masa bayi.
- Triwulan I : 1-3 bulan, kenaikan rata-rata 700-1000 gr
- Triwulan II : 4-6 bulan, kenaikan rata-rata 500-600 gr
- Triwulan III : 7-9 bulan, kenaikan rata-rata 350-450 gr
- Triwulan IV : 10-12 bulan, kenaikan rata-rata 250-350 gr
Pertumbuhan Panjang Badan
- Triwulan I : 10 cm
- Triwulan II : 6 cm
- Triwulan III : 5 cm
- Triwulan IV : 4 cm
Pertumbuhan Lingkar Kepala
- Triwulan I : penambahan 2 cm/bulan
- Triwulan II : penambahan 1 cm/bulan
- Triwulan III : penambahan 2 cm/bulan
- Triwulan IV : penambahan 1 cm/bulan
6. TANDA-TANDA PERKEMBANGAN BAYI 0-3 BULAN
Gerakan kasar Gerakan halus Bicara, bahasa, kecerdasan Bergaul dan Mandiri
Menggerakkan kedua tungkai dan lengan sama mudahnya ketika telentang Memberikan reaksi dan melihat kearah sumber cahaya. Mengeluarkan suara (mengoceh) Membalas senyuman
7. STIMULASI PERKEMBANGAN BAYI 0-3 BULAN
a. Pengungkapan rasa cinta, kasih sayang dan rasa aman
Berbicara lembut, memeluk, membelai, mencium, menyanyikan lagu.
b. Menirukan ocehan, gerakan mimik anak.
Anak sering diajak bicara dan mendengarkan berbagai suara misalnya: suara burung, radio, kerincingan.
c. Melatih anak membalikkan badan dari terlentang ke telungkup
Ketika telentang anak dibuat agar memperhatikan benda yang menarik(berwarna, menyolok/berbunyi) benda itu kemudian digerakkan kesisi badannya, anak akan mengikuti benda itu sambil memiringkan badan, benda digerakkan terus agar anak berlatih membalikkan badannya.
d. Melatih anak mengangkat kepala dan memperhatikan benda bergerak. Gerakkanlah benda yang menarik dihadapan anak, ketika ia telungkup angkatlah benda itu ke atas, sehingga anak dilatih mengangkat kepalanya ketika memperhatikan benda itu.
e. Melatih anak menggenggam benda kecil
Sentuhlah pensil atau benda yang serupa pada punggung atau ujung jari tangan anak. Anak akan berlatih menggenggam benda tersebut.
Pramesti Widyastiningsih Amd.Keb.
Selasa, 02 September 2008
Terong bisa menyebabkan Impotensi. Mitos atau benar
Jumat, 04 Juli 2008
Long Life Education
Long life education, this slogan explain to us that education is important for everyone, when and wherever they are. Educations have so important meaning, because without education the human being is difficult to expand. So, education must have a purpose to repair human resource qualified, for their knowledge and morality.
Our education system aims to educating life nation and developing human being of Indonesia as intact as, that is godly and religious human being to God Which is Single and kind of hearted, owning skill and knowledge, corporeal health and the spirit, settled personality, self-supporting and also feel nationality and social responsibility. Education have to able to draw up citizen in order to earn the active sharing in the entire of all life field, smart, active, creative, skillful, downright have, discipline and having high moral, democratic, and lenient with majored association nation rather than dissolution.
Four education pillar now and the future which cymbal by UNESCO which require to be developed by formal education institute, that is: (1) learning to Know (learn to know), (2) learning to do (learn to do/conduct something) in this case we are claimed to be skillful in doing/conducting something, (3) learning to be (learn to become somebody), and (4) learning to live together (learn to experience coexistence).
In order to realize learning to know, Teacher properly functions as facilitator. Despitefully learn claimed to earn personating of collage in dialoguing with student in developing domination of and also knowledge certain science.
Learning to do (learn to do/conduct something) will be able to walk if school facilitated student to actualize their skill, and also their enthusiasm and talent. Although talent and enthusiasm of child, a lot of influenced by the element of clan but it can be depend on their environment. Educations applied should be according to requirement socialize or requirement of area of place.
Learning to be (learn to become somebody) is related with enthusiasm and talent, physical growth and psychological, personal typology of child and also their environmental condition. For aggressive child, process development will walk when given him a break wide enough for creation. On the contrary for passive child, roles learn and learn as director at one blow facilitator very required for the student to develop their self maximally.
Habit coexist, each other esteem, opened, giving and take (take and give), need to grow and develop in our environment. This condition is enabling happening process "learning to live together" (learn to experience coexistence). Applying of this fourth Pillar felt more and more important in globalism era of global emulation. Need to learn of attitude mutually understanding usher race, tribe, and the religion in order to waste various opposition which coming from the things.
Thereby, demand of education now and the future have aimed to improve quality of professional and intellectual ability and also the attitude, personality and moral of human being in
Mari Pelihara Negeri Ini
Sudah sekian puluh tahun negara kita memproklamirkan kemerdekaannya, sudah selama itu pula bangsa kita memulai kehidupan sebagai negara yang berdaulat membangun sebuah tata kehidupan yang gemah ripah loh jinawi. Sudah banyak kita rasakan dan kita lihat perubahan-perubahan pada negeri kita, pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana telah terlengkapi sedikit demi sedikit, akan tetapi sedikit demi sedikit pula kerusakan kita timbulkan akibat perubahan yang kita buat dengan tidak sama sekali memperhitungkan faktor keseimbangan ekosistem. Kerusakan-kerusakan yang kita timbulkan sedikit-demi sedikit akan terakumulasi dengan menimbulkan bencana yang besar bagi kehidupan umat manusia. Tengok sajalah mengenai permasalahan banjir yang tiap tahun kita alami di berbagai daerah, bukan saja kerugian material akan tetapi juga kerugian immaterial yang kita alami. Permasalahan banjir adalah bencana yang terjadi akibat komplektivitas kerusakan yang kita timbulkan mulai dari hulu DAS hingga hilir. Di daerah hulu pembukaan lahan yang sembrono, penebangan hutan besar-besaran dan mengganti hutan dengan perkebunan, atau menghilangkan tanaman yang memiliki perakaran kuat. Di daerah hillir menutup daerah-daerah yang berfungsi sebagai penyerapan air dengan bangunan-bangunan sehingga menghalangi infiltrasi air ke dalam tanah. Satu kerusakan saja yang kita timbulkan akan mengakibatkan keseimbangan lingkungan terganggu, sebagi misal illegal logging, dengan illegal logging akan berakibat terjadinya longsor lahan, pemanasan global, banjir dan intrusi air laut ke daratan, terganggunya ekosistem dan lain sebagainya. Melihat hal tersebut maka sebagai generasi bangsa mulai dari sekarang marilah kita rubah paradigma dan pola pikir masyarakat kita dari pola pikir yang semau gue kepada pola pikir yang penuh tanggung jawab.