Manusia dilahirkan dimuka bumi ini pada dasarnya telah dibekali dengan anggota tubuh yang pastinya memiliki manfaat atau kegunaan bagi kehidupannya. Meskipun kadang ada manusia dilahirkan dengan anggota tubuh yang kurang lengkap atau kurang sempurna, disisi lain memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki manusia dengan anggota tubuh yang lengkap. Sebagai contoh orang buta, memiliki memiliki pendengaran dan perasaan yang lebih tajam dibandingkan dengan manusia biasa.
Demikian halnya dengan kecerdasan, setiap manusia telah dibekali otak untuk berpikir dan berinspirasi untuk melakukan sesuatu hal yang ia inginkan. Setiap orang tentunya memiliki bakat, minat dan kemampuan yang berbeda berdasarkan tingkat kecerdasan masing-masing, dari sini timbul pertanyaan apakah hanya seseorang yang mampu mengusai ilmu matematika dan bahasa saja yang dikatakan cerdas, pandai atau pintar?
Dr. Howard Gardner, Profesor Pendidikan di Harvard University, selama bertahun-tahun telah melakukan penelitian tentang perkembangan kapasitas kognitif manusia. Dalam studinya tentang kapasitas manusia,
- Bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan
- Setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal
Kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan di mana ia dilahirkan. Merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Dalam bukunya Frames of Mind, tahun 1983
(1) Linguistic intelligence (kecerdasan linguistik) adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.
(2) Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika) merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis.
(3) Spatial intelligence (kecerdasan spasial) membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik.
(4) Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh) memungkinkan seseorang untuk menggerakkan objek dan ketrampilan-ketrampilan fisik yang halus. (jelas kelihatan pada diri atlet, penari, ahli bedah, dan seniman yang mempunyai ketrampilan teknik. Pada masyarakat Barat, ketrampilan-ketrampilan fisik tidak dihargai sebesar ketrampilan kognitif seseorang, tapi kemampuan ini hanya digunakan untuk bertahan hidup dan sebagai ciri penting pada peran-peran bergengsi.
(5) Musical intelligence (kecerdasan musik) jelas kelihatan pada seseorang yang memiliki sensitivitas pada pola titi nada, melodi, ritme, dan nada. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini antara lain: komposer, konduktor, musisi, kritikus dan pembuat alat musik begitupun pendengar yang sensitif.
(6) Interpersonal Intelligence (kecerdasan interpersonal) merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Hal ini terlihat pada guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses. Sebagaimana budaya barat mulai mengenalkan hubungan antara akal dan tubuh, maka hal ini perlu disadari kembali pentingnya nilai dari keahlian dalam perilaku interpersonal.
(7) Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Beberapa individu yang memiliki kecerdasan semacam ini adalah ahli ilmu agama, ahli psikologi, dan ahli filsafat.
Aspek lainnya mengenai Multiple Intelligence adalah kecerdasan ini bisa dikonseptualisasikan ke dalam tiga kategori besar. Kecerdasan spasial, logika-matematika, dan kinestetik-tubuh dipandang sebagai bentuk-bentuk kecerdasan yang "berkaitan dengan objek". Kapasitas ini dikontrol dan dibentuk oleh objek-objek yang ada dalam kehidupan seseorang. Sebaliknya, kecerdasan "yang bebas dari objek" terdiri atas kecerdasan verbal-linguistik dan kecerdasan musik, yang tidak dibentuk oleh dunia fisik tapi tergantung pada sistem bahasa dan sistem musik. Kategori yang ketiga terdiri atas kecerdasan "yang berkaitan dengan manusia" yaitu kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal yang menunjukkan rangkaian perimbangan (counterbalance}yang kuat. Setiap kecerdasan tampak memiliki urutan perkembangan sendiri, tumbuh dan menjelma pada waktu yang berbeda dalam suatu kehidupan. Sebagaimana kecerdasan personal memerlukan interaksi yang ekstensif dan umpan balik (feedback) dari orang lain sebelum berkembang.
Kebanyakan orang memiliki satu atau dua kecerdasan dalam dirinya, dan tidak semua orang akan menjadi artis, ilmuwan atau penulis besar. Jika individu memiliki peluang untuk belajar melalui kelebihannya, maka akan muncul perubahan-perubahan kognitif, emosional, sosial, bahkan perubahan fisik yang positif dan menakjubkan.
Pembatasan pada program pendidikan kita yang hanya berfokus pada kecerdasan linguistik dan matematis dalam porsi yang lebih besar, telah meminimalisir arti penting bentuk-bentuk pengetahuan lainnya. Dengan demikian, siswa yang gagal untuk menunjukkan kecerdasan "akademik tradisional", mendapat penghargaan yang rendah dan potensi mereka tetap tak terwujudkan, kemudian hilang di sekolah dan masyarakat pada umumnya. Sekolah-sekolah Menengah yang ada di negeri kita dewasa ini selalu mengikuti pengembangan pengetahuan yang dijadikan standar untuk masuk Perguruan Tinggi. Seandainya saja setiap Perguruan Tinggi yang ada, menerapkan tes yang spesifik berdasarkan ciri dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap fakultas tentulah akan mendorong perubahan pada pola pendidikan di Sekolah Menengah. Sebagai contoh : fakultas Psikologi dan Ilmu Agama lebih menerapkan tes yang berhubungan dengan kecerdasan Intrapersonal dan tidak hanya tes kemampuan standart, tentulah akan menghasilkan lulusan-lulusan yang lebih menguasai bidangnya. Tidak seperti yang kita lihat saat ini, banyak lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, disisi lain banyak lulusan yang tidak menguasai bidang yang ditempuhnya selama di Perguruan Tinggi.
Penelitian Gardner telah menguak rumpun kecerdasan manusia yang lebih luas daripada kepercayaan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis dan menyegarkan.
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia
- Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan meimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.